Oleh: Dra. Hj. Heni Anita Susila, M.Pd. - Kepala Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Cilegon
Pergantian tahun bukan sekadar peristiwa kalender. Tahun Baru 2026 yang tiba esok hari adalah momentum reflektif sekaligus proyektif—ruang jeda untuk menilai apa yang telah dilalui dan keberanian untuk menata arah masa depan. Di tengah dinamika sosial, ekonomi, dan teknologi yang bergerak cepat, harapan tak lagi lahir dari angka tahun, melainkan dari kesadaran kolektif untuk terus melangkah dengan nilai dan visi yang jelas.
Bagi Kota Cilegon, masa depan bukan konsep abstrak. Ia hadir dalam kebijakan publik yang berpihak pada manusia, dalam pendidikan yang membentuk karakter, serta dalam kolaborasi lintas sektor yang menumbuhkan daya saing daerah. Pesan Tahun Baru 2026 dari jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Cilegon menggarisbawahi satu hal penting: masa depan dibangun dari keberanian mengambil keputusan hari ini—keberanian untuk berubah, berinovasi, dan tetap berakar pada nilai kebangsaan.
Pendidikan sebagai Poros Masa Depan
Pendidikan tetap menjadi poros utama penentu kualitas masa depan. Di era kecerdasan buatan, transisi energi, dan ekonomi hijau, pendidikan dituntut melampaui penguasaan akademik semata. Ia harus melahirkan manusia pembelajar—adaptif, beretika, dan berdaya cipta. Sekolah bukan hanya ruang transfer pengetahuan, melainkan ekosistem yang menumbuhkan karakter, literasi digital, dan kepedulian sosial.
Tahun 2026 membuka peluang untuk memperkuat transformasi pembelajaran yang kontekstual: penguatan numerasi dan literasi, pemanfaatan teknologi secara bijak, serta pengembangan talenta lokal yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat. Di sinilah peran kepemimpinan pendidikan menjadi krusial—mengorkestrasi kebijakan, guru, orang tua, dan komunitas agar bergerak dalam satu visi yang sama.
Optimisme yang Realistis
Optimisme bukan berarti menutup mata dari tantangan. Ketimpangan akses, kualitas layanan publik, dan kesiapan sumber daya manusia masih menjadi pekerjaan rumah. Namun optimisme yang realistis bertumpu pada komitmen berkelanjutan: perencanaan berbasis data, akuntabilitas anggaran, dan partisipasi publik. Masa depan yang inklusif hanya mungkin terwujud jika semua pihak terlibat—pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat sipil.
Budaya, Identitas, dan Ketahanan Sosial
Di tengah arus globalisasi, budaya lokal adalah jangkar identitas. Tahun Baru 2026 menjadi pengingat bahwa kemajuan tidak harus menggerus jati diri. Pelestarian budaya, penguatan karakter kebangsaan, dan toleransi sosial adalah fondasi ketahanan masyarakat. Pendidikan kebudayaan yang hidup—melalui seni, literasi sejarah, dan praktik gotong royong—menjadi penyeimbang penting di tengah perubahan cepat.
Menutup Tahun, Membuka Jalan
Saat kalender berganti, harapan tidak lahir dari seremoni, tetapi dari tekad untuk terus berjalan. Tahun Baru 2026 mengajak kita menata ulang prioritas: memperkuat pendidikan, menumbuhkan kolaborasi, dan menjaga integritas dalam setiap langkah. Masa depan bukan sesuatu yang ditunggu; ia diciptakan—hari demi hari—oleh keputusan yang kita ambil bersama.
Selamat menyambut Tahun Baru 2026. Semoga keberanian untuk melangkah hari ini menjadi pijakan kokoh bagi masa depan yang lebih adil, cerdas, dan berkeadaban.














