• Jelajahi

    Copyright © Matacyber.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan tampilan atas postingan

    Iklan

    Walhi: Tata Ruang Cilegon Dikuasai Industri, Kampung dan Ruang Hijau Tergeser

    Redaksi_Matacyber
    Sabtu, 27 September 2025, 07:29 WIB
    masukkan script iklan disini


    MATACYBER.COM | CILEGON – Laju pembangunan industri di Kota Cilegon kembali menjadi sorotan. Dalam Diskusi Budaya #4 yang digelar di Kafe Luang Persona, Jumat malam, 26 September 2025, dua aktivis lingkungan menilai pertumbuhan ekonomi di kota baja itu berlangsung tanpa diiringi keberlanjutan ekologi.

    Cholis, aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta, menyebut industri berbahan bakar batu bara dan baja sebagai penyumbang utama emisi di Cilegon. Ia juga menyoroti pembuangan limbah ke laut yang memperburuk kondisi pesisir. 

    “Dua faktor ini menyumbang emisi paling signifikan,” kata Cholis. Menurut dia, analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) sering kali hanya menjadi dokumen formalitas tanpa benar-benar dijalankan.

    Menurut Cholis, tata ruang Cilegon kian timpang akibat ekspansi industri. Dari Kelurahan Kubangsari hingga perbatasan Anyer, kampung-kampung berubah menjadi kawasan pabrik. 

    Ruang terbuka hijau yang seharusnya menjadi penyangga ekologi terus menyusut. 

    "Daya dukung dan daya tampung lingkungan jelas tidak seimbang. Industri besar tidak berpihak pada keberlangsungan lingkungan hidup,” ujarnya.

    Aktivis Ridzoma Indonesia, Dani Setiawan, menambahkan bahwa paradigma pembangunan di Cilegon terlalu menekankan pertumbuhan ekonomi. Cara pandang ini, menurutnya, mengabaikan keberlanjutan lingkungan serta kehidupan masyarakat di sekitar kawasan industri. 

    “Simbol kemajuan jangan hanya diukur dari cerobong pabrik. Kehidupan nelayan yang berhenti melaut atau sawah yang hilang akibat ekspansi industri juga harus diperhatikan,” kata Dani.

    Mang Pram, inisiator Diskusi Budaya #4, menekankan pentingnya literasi lingkungan bagi warga di sekitar kawasan industri. Kesadaran ekologis, katanya, menjadi kunci agar masyarakat tidak sekadar pasrah menerima dampak. 

    “Literasi ini penting agar masyarakat memiliki kesadaran akan hak dan lingkungan hidup di kawasan industri,” ujarnya.

    Selain menghadirkan Cholis dan Dani, diskusi ini juga melibatkan Ibnu PS Megananda, pelaku budaya Banten, dan tokoh masyarakat Cilegon, Muhammad Ibrahim Aswadi. 

    Acara ditutup dengan orasi budaya Indra Kusuma yang menegaskan bahwa krisis ekologi Cilegon bukan semata soal teknis pembangunan, melainkan soal keberlanjutan hidup bersama di tengah kota industri.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini