MATACYBER.COM | CILEGON – Suasana hangat dan penuh empati mewarnai kegiatan penguatan karakter yang menjadi bagian dari Program Kementerian Pendidikan di Kota Cilegon, Selasa (27/11/2025).
Kegiatan ini menjadi ruang refleksi bersama mengenai pentingnya menghormati, melindungi, dan memberdayakan perempuan dalam keluarga, sekolah, hingga lingkungan masyarakat.
Program tersebut tidak hanya menyoroti kekerasan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga mengajak peserta memahami bahwa kekerasan dapat muncul dalam berbagai bentuk dan relasi baik antara orang tua dan anak perempuan, antar saudara, hingga antar sesama perempuan.
Karena itu, pendidikan karakter sejak dini dinilai sebagai upaya penting untuk mencegah kekerasan serta membangun relasi yang lebih setara dan berkeadilan.
Kepala Seksi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Cilegon yang juga pemerhati isu perempuan, drg. Rully Kusumawardhany, MM, menegaskan bahwa perempuan harus dipandang sebagai individu yang memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkontribusi.
“Anak perempuan harus diberi kesempatan, ruang, dan kepercayaan. Mereka berhak mendapatkan pendidikan setinggi mungkin serta dibentuk menjadi pribadi mandiri yang mampu menghadapi tantangan hidup,” ujar drg. Rully.
Dalam pemaparannya, ia menekankan prinsip-prinsip utama penguatan karakter perempuan, di antaranya:
- Pembiasaan kemandirian sejak kecil.
- Kesempatan memperoleh pendidikan sesuai minat dan cita-cita.
- Pelibatan perempuan dalam pengambilan keputusan di rumah dan lingkungan sosial.
- Dukungan keluarga dan sekolah dalam pengembangan kepemimpinan.
- Penanaman nilai budaya, etika, dan agama sebagai landasan bersikap.
- Kemampuan beradaptasi secara bijak dengan perkembangan teknologi.
“Masyarakat yang menghormati perempuan adalah masyarakat yang matang secara moral, empati, dan kemanusiaan. Dari lingkungan seperti itu akan lahir generasi yang cerdas, tangguh, dan penuh kasih,” ungkapnya.
Selain penguatan karakter, kegiatan ini juga menghadirkan ruang dialog mengenai berbagai bentuk kekerasan yang sering tidak disadari. Peserta diberikan pemahaman mengenai hak-hak perempuan serta langkah yang dapat ditempuh jika mengalami kekerasan.
“Perempuan perlu berani berbicara dan meminta perlindungan ketika mengalami ketidakadilan, baik fisik maupun emosional. Kemandirian, terutama dalam aspek ekonomi dan pengambilan keputusan, menjadi kunci untuk menjaga martabat diri,” tambah drg. Rully.
Kegiatan ditutup dengan doa bersama sebagai simbol harapan untuk masa depan perempuan di Cilegon dan Indonesia masa depan yang lebih aman, bermartabat, dan bebas dari segala bentuk kekerasan.
Dengan terselenggaranya program ini, diharapkan lahir kesadaran kolektif bahwa perempuan bukan sekadar objek yang harus diatur, melainkan pribadi yang harus dihargai, dijaga, dan diberi ruang untuk berkembang.














