MATACYBER.COM | CILEGON – Warisan budaya dan sejarah Banten dibawa lebih dekat ke pelajar melalui kegiatan Pentas Seni Museum Keliling yang digelar oleh UPTD Taman Budaya dan Museum, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten.
Acara ini berlangsung selama dua hari, Senin dan Selasa (19–20 Mei 2025), di halaman SMEA 17 Cilegon, Kelurahan Masigit, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon.
Museum Keliling menjadi salah satu inovasi edukatif untuk memperkenalkan Museum Negeri Banten yang berlokasi di kawasan Banten Lama, tepatnya di Gedung Banten Islamic Center.
Kepala UPT Taman Budaya dan Museum, Nasuhi, S.Pd., M.M., menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan upaya “jemput bola” agar generasi muda lebih mengenal koleksi dan sejarah daerahnya.
“Banyak siswa yang belum tahu bahwa Banten punya museum sendiri. Museum Keliling ini kami hadirkan langsung ke sekolah agar pelajar bisa melihat dan belajar secara langsung,” ujar Nasuhi.
Berbagai koleksi sejarah dipamerkan, mulai dari peninggalan masa Hindu sebelum masuknya Islam, masa kejayaan Kesultanan Banten, hingga benda pusaka seperti golok khas Banten.
Tak hanya pameran, kegiatan ini juga dilengkapi seminar edukatif yang menghadirkan narasumber dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 8 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Acara turut dihadiri oleh Kabid SMK, Kabid SMA, dan Kabid Kebudayaan dari Dindikbud Provinsi Banten, serta perwakilan dari Dinas Perpustakaan Daerah Kota Cilegon, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Cilegon, dan para kepala sekolah dari MKKS Cilegon.
Sekolah-sekolah yang berpartisipasi dalam seminar antara lain SMK Negeri 1, SMK Negeri 2, dan SMK Muhammadiyah Cilegon. Antusiasme siswa terlihat tinggi selama dua hari pelaksanaan.
Nasuhi menambahkan bahwa kegiatan ini juga mendukung target kunjungan Museum Negeri Banten yang tahun ini ditargetkan mencapai 70 ribu pengunjung.
“Sampai akhir Mei, kunjungan sudah mencapai 50 ribu. Dengan kegiatan seperti ini, kami berharap target bisa tercapai,” jelasnya optimis.
Melalui kegiatan seperti Museum Keliling, nilai-nilai budaya dan sejarah lokal tidak hanya dikenalkan, tetapi juga dihidupkan kembali dalam memori kolektif generasi muda. (Hendra/red)