![]() |
H. AH. Junaidi, S.Pd., MM., Pendiri Yayasan Bani Husein Masri. |
MATACYBER.COM | CILEGON – Yayasan Bani Husein Masri melalui lembaga TK Islam An Nafis yang beralamat di Jl. Sunan Bonang No.11, Kubangsari, Kec. Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten, terus berkomitmen memberikan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan budaya 'bebasan' (bahasa daerah Banten) sejak usia dini.
Hal ini disampaikan langsung oleh pendiri yayasan, H. AH. Junaidi, S.Pd., MM saat diwawancarai usai kegiatan Haflah Akhirussanah Angkatan ke-VI Tahun Pelajaran 2024–2025 yang berlangsung penuh kehangatan, Sabtu (14/6/2025).
Menurut Junaidi, pendirian TK Islam An Nafis bukan hanya sekadar membangun sarana pendidikan, tetapi lebih dari itu, menjadi bagian dari upaya membentuk generasi yang kuat dalam iman, takwa, dan memiliki identitas budaya yang jelas.
"Kami ingin anak-anak sejak dini bisa membedakan mana budaya Islam dan mana yang bukan, serta tumbuh menjadi pribadi yang berilmu dan bermanfaat bagi sesama," ujar Junaidi.
Ia menegaskan bahwa keberadaan lembaga pendidikan ini juga merupakan bentuk partisipasi sebagai warga negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tak hanya itu, Junaidi menekankan pentingnya sinergi antara orang tua, lembaga pendidikan, dan masyarakat dalam mendidik anak-anak.
"Kami tidak ingin pendidikan ini hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau guru saja. Justru kami mengajak seluruh wali murid dan stakeholder untuk bergandengan tangan dalam melaksanakan kewajiban mendidik anak-anak," katanya.
Kekompakan para wali murid dalam mendukung kegiatan sekolah pun mendapat apresiasi khusus darinya. Ia menilai terselenggaranya acara akhir tahun seperti Haflah Akhirussanah ini merupakan hasil kolaborasi seluruh elemen, bukan semata-mata karena peran yayasan atau guru.
Selain menanamkan nilai keislaman, TK Islam An Nafis juga telah menerapkan muatan lokal berupa pelajaran bebasan atau bahasa daerah Banten kepada siswa-siswinya. Langkah ini menjadi bagian dari upaya menanamkan kecintaan terhadap identitas budaya sejak usia dini.
"Di TK An Nafis, kami sudah mulai memperkenalkan dan mengajarkan bebasan kepada anak-anak. Ini penting, karena bebasan bukan sekadar bahasa, tapi jati diri masyarakat Banten yang harus dilestarikan," jelas Junaidi.
Ia menambahkan, Perwal Nomor 57 Tahun 2017 tentang Bebasan seharusnya dapat diterapkan tidak hanya oleh ASN atau instansi pemerintah setiap Kamis, tetapi juga ditanamkan sejak bangku taman kanak-kanak agar lebih membumi.
Lebih lanjut, Junaidi menceritakan pengalamannya saat berhaji, di mana ia merasa memiliki keterikatan emosional dengan sesama warga Banten hanya karena menggunakan bebasan.
"Ketika saya dan istri berada di Tanah Suci, tiba-tiba seseorang menyapa hanya karena kami berbicara menggunakan bebasan. Ternyata, dia juga berasal dari Banten. Ini menunjukkan bahwa bahasa daerah memiliki kekuatan menyatukan dan memperkuat identitas kita," ungkapnya..
Menutup wawancara, Junaidi berharap lulusan TK Islam An Nafis kelak tumbuh menjadi generasi berilmu dan berakhlak, sesuai dengan pesan Rasulullah khairunnas anfa’uhum linnas "sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama."
"Semoga anak-anak kita kelak hidup dengan ilmu dan menjadi manusia yang membawa manfaat, baik bagi keluarga, masyarakat, maupun bangsa,” tutupnya penuh harap. (Hendra/red)